REDD dan Agrofuel adalah solusi salah kaprah

DSCN1050Perundingan-perundingan di badan PBB untuk perubahan iklim (UNFCCC) memunculkan Reducing Emission from Deforestation and Degradation (REDD) dan agrofuel sebagai salah satu solusi menghadapi perubahan iklim. Namun banyak kalangan yang menyangsikannya, bahkan REDD dan agrofuel bisa membahayakan kelangsungan kehidupan petani kecil di negara-negara selatan dan jauh dari niatan untuk menyelamatkan bumi dari ancaman pemanasan global. Hal tersebut mengemuka dalam diskusi mengenai Pembaruan Agraria dan Kedaulatan Pangan sebagai solusi perubahan iklim yang diselenggarakan La Via Campesina di Bangkok (2/10).

“REDD dan Agrofuel bukan solusi untuk mengatasi perubahan iklim, program ini jelas-jelas membahayakan kelangsungan kehidupan petani kecil,” ujar Wakil Ketua Majelis Nasional Petani (MNP) Serikat Petani Indonesia (SPI), JJ. Polong. Meskipun pembahasan mengenai REDD dan agrofuel di UNFCCC belum tuntas, namun pelaksanaannya di Indonesia sudah dimulai dalam bentuk pilot project.

Menurut Polong, setidaknya terdapat 21 pilot project berkenaan dengan REDD dan agrofuel telah dijalankan di Indonesia. Dalam implementasinya, proyek-proyek tersebut menuai konflik dengan para petani kecil dalam bentuk perampasan hak-hak atas tanah mereka. Hingga tahun 2008, tercatat 500 kasus konflik antara petani dengan perusahaan perkebunan sawit yang berakhir dengan perampasan hak-hak petani atas lahan yang mereka garap.

Perkebunan sawit telah menghancurkan tata budaya pertanian masyarakat. Petani tidak lagi bisa menanam tanaman pangan di sekitar lahan sawit karena degradasi lingkungan yang hebat akibat penggunaan obat-obatan yang massif. Lambat laun, petani yang kehilangan pekerjaannya terpaksa menjadi buruh di perkebunan sawit yang digaji sangat rendah dan tak manusiawi.

Atas dasar itu, Polong menilai program REDD dan agrofuel tidak akan menjawab tantangan perubahan iklim. Sebagai jalan alternatifnya, harus ada perubahan kebijakan yang mendasar, dalam mengelola pertanian agar selaras dengan misi untuk mendinginkan bumi, sebagaimana yang diamanatkan dalam perundingan-perundingan tentang perubahan iklim.

Ada tiga solusi untuk mengubah pola produksi pertanian agar bisa menjawab tantangan perubahan iklim. Ketiga solusi tersebut, antara lain menegakkan kedaulatan pangan, melaksanakan pembaruan agraria, dan menerapkan pertanian berkelanjutan.

ARTIKEL TERKAIT
Hari Tani Nasional 2015: Pentingnya Seluruh Rakyat Merayakan...
Masa depan pembaruan agraria di Indonesia Masa depan pembaruan agraria di Indonesia
Aksi petani perempuan memperingati hari pangan se-dunia Aksi petani perempuan memperingati hari pangan se-dunia
Serikat Petani Indonesia, dari federatif ke kesatuan
BERIKAN KOMENTAR ...

INFO TERBARU