Restorasi kebijakan pertanian nasional

Harus ada upaya kongkrit untuk merestorasi total kebijakan pertanian demi kepentingan nasional. Hal tersebut dikemukakan Ketua Departemen Kajian Strategis Serikat Petani Indonesia (SPI) dalam seminar nasional “Pertanian Jaya Indonesia Sejahtera”  yang diselenggarakan di Auditorium Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (16/3).  Seminar ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan Musyawarah Nasional Ikatan Senat Mahasiswa Pertanian Indonesia, yang berlangsung dari tanggal 16-19 Maret 2009.

Sementara itu, Iskandar Andi Nuhung mewakili Menteri Pertanian Republik Indonesia, menyampaikan bahwa Indonesia hanya memiliki lahan seluas 20-30 juta hektar karena masih banyak lahan yang belum dimanfaatkan. Salah satu kemunduran sektor pertanian Indonesia juga karena sumber daya alam yang ada belum dikelola secara optimal. Modal dasar untuk membangun pertanian yang jaya salah satunya melalui political will untuk merevitalisasi pertanian, mengembangkan potensi SDA, iklim tropis, budaya agraris, pasar domestik dan internasional. Pemerintah juga telah meluncurkan berbagai program untuk mensejahterakan petani.

Achmadi Partowijoto, Ketua Persatuan Insinyur Indonesia dalam paparannya beliau menyampaikan tentang potensi lahan dan air dalam rangka mendukung ketahanan pangan nasional. Pembicara kedua lebih banyak menyajikan data-data teknis tentang pertanian di Indonesia, diantaranya data-data tentang luas lahan pertanian di Indonesia, lahan irigasi, pola curah hujan, volume air sungai dan danau, waduk dan air tanah, serta data tentang produksi tanaman pangan.

Sedangka, Prof. Widji Widodo, Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Sultan Ageng Tirtayasa mendorong mahasiswa pertanian di seluruh Indonesia agar bisa membangun pertanian jaya, untuk mencegah ditinggalkannya lahan-lahan pertanian oleh penduduk desa karena urbanisasi. Mahasiswa pertanian juga didorong agar lebih berani melakukan perubahan untuk mencapai pertanian jaya, dengan menggunakan pendekatan “opportunity cost” yaitu menghitung semua biaya .

Servas Pandur dari Badan Biro Intelegen, mengatakan bahwa di masa yang akan datang, yang akan memimpin adalah sektor pertanian. Karena itu harus dimulai pertanian yang menghormati ekosistem, serta diperlukan juga usaha-usaha mitigasi perubahan iklim. Servas Pandur menegaskan bahwa pertanian tidak hanya untuk petani dan masyarakat, tapi terutama untuk security system.

ARTIKEL TERKAIT
Perkokoh Persatuan dalam Memperjuangkan Pembaruan Agraria Se...
SPI Sumbar Desak Penyegeraan Penyelesaian Kasus Tanah
Piala Dunia dan Perjuangan Petani
Ironi “Madep Mantep Pangane Dewe” di Kulon Progo Ironi "Madep Mantep Pangane Dewe" di Kulon Progo
BERIKAN KOMENTAR ...

INFO TERBARU