MEDAN. Serikat Petani Indonesia (SPI) mengapresiasi lahir dan diresmikannya Pusat Kajian Agraria dan Hak Asasi Petani (PUSKAHAP) di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara (USU) Medan. Hal ini disampaikan oleh Ketua Umum SPI Henry Saragih dalam acara peresmian PUSKAHAP FISIP USU siang tadi di Aula FISIP USU, Medan (08/05).
“SPI mengapresiasi lahirnya PUSKAHAP FISIP USU. Ini adalah langkah strategis dalam perjuangan menegakkan hak asasi petani di Indonesia,” kata Henry.
Henry memaparkan, dalam perkembangannya, di Indonesia sejak tahun 2001 SPI bersama ormas tani dan lembaga masyarakat lainnya sudah mulai merumuskan Hak Asasi Petani (HAP) melalui Konferensi di Cibubur. Selanjutnya inisiatif ini diinisiasi hingga ke level internasional oleh SPI bersama La Via Campesina (Gerakan Petani Internasional), dan lembaga lainnya. Ia menjelaskan saat ini sekitar 50-an negara bergabung bersama dalam inisiatif membuat instrumen bagi perlindungan dan pengakuan hak asasi petani dan masyarakat yang bekerja di pedesaan. Inisiatif ini berlangsung sejak tahun 2008 di PBB, dan telah menghasilkan dokumen-dokumen mulai dari studi, referensi, resolusi PBB, yang sudah bisa digunakan untuk perlindungan hak asasi petani. Dan tentunya tujuan akhir adalah membuat deklarasi PBB, yang tujuannya nanti bisa diratifikasi di negara-negara di seluruh dunia.
“Kita terus menekankan hak-hak yang paling penting untuk petani: seperti hak atas tanah, hak atas benih, hak atas keanekaragaman hayati, akses keadilan, hak untuk pendapatan yang layak, serta kewajiban negara,” ujar Henry Saragih, Ketua Umum Serikat Petani Indonesia (SPI) yang hadir dalam sesi tersebut.
“Draft deklarasi hak asasi petani saat ini sudah sangat bagus, petani harus dukung keseluruhan teks PBB tersebut,” ujar dia lagi.
Hal senada disampaikan Ketua Badan Pelaksana Wilayah (BPW) SPI Sumatera Utara Zubaidah. Ia berharap PUSKAHAP FISIP USU mampu memberikan kajian-kajian akademis dalam mendukung perjuangan SPI dan petaninya dalam menegakkan hak asasi petani.
“Kongkritnya adalah mendukung perjuangan petani seperti perjuangan kawan-kawan petani di Desa Mekarjaya, Langkat yang lahan dan rumahnya dihancurkan oleh PT LNK,” tegas Zubaidah.
Hadir juga dalam acara ini Staf Khusus Kantor Presiden Republik Indonesia, Noer Fauzi Rachman. Ia menyampaikan, PUSKAHAP FISIP USU bisa melakukan fungsinya, studi lintas skala, repositori, dan hal-hal mikro-mikro yang dialami petani.
“Ada banyak pekerjaan yg membentang. Yangg paling penting siapa yang melakukannya, apakah berhasil melahirkan generasi berikutnya melalui forum-forum yang dibuatnya. Kunci mutu dari pusat kajian terletak pada orangnya, prosesnya,” katanya.
Ia pun menyampaikan, Kantor Staf Presiden Republik Indonesia juga turut mengapresiasi lahirnya PUSKAHAP FISIP USU.
“Saya mendorong dan mendukung penuh munculnya karya tulis tentang petani yang bisa berbentuk buku atau jurnal internasional,” tuturnya.
Dalam kesempatan yang sama, Wakil Walikota Medan Akhyar NaSution yang turut hadir dalam acara ini menyampaikan, pemerintah kota sangat senang dengan berdirinya PUSKAHAP FISIP USU.
“Titik fokus masyarakat kota terletak di ketersediaan pangan dan murah di sisi konsumen,” ujarnya.
Akhyar mengaku kalau ia juga seorang petani. Menurutnya petani tidak merdeka karena dikuasai kartel sistem.
“Saya mendukung usaha-usaha yang dilakukan memerdekakan petani dari kartel sistem. Karena ini sudah saya alami sendiri ketika saya beternak dan mencoba menanam jagung, dimana semuanya dikuasai oleh kartel sistem tadi,” tegasnya.
Muriyanto Amin, Dekan FISIP USU mengemukakan, kampus harus produktif dalam hal pengabdian masyarakat sekaligus untuk memenuhi kriteria kontrak kinerja dari Kemendikbud.
“Kita berharap PUSKAHAP FISIP USU mampu mensimplifikasi, dan menawarkan solusi dari permasalahan yang dialami petani dari sisi akademisnya secara lebih sistematis untuk kemudian dipublikasi hingga ke level internasional,” imbuhnya.
Dekan FISIP USU Muriyanto Amin (kiri) dan Ketua PUSKAHAP FISIP USU Hendra Harahap. Foto oleh: Farida Hanim
“Output-nya berupa publikasi seperti buku hingga jurnal internasional sekelas peasants studies di Cambridge Inggris sana,” harapnya.
Sementara itu, Ketua PUSKAHAP FISIP USU Hendra Harahap menambahkan selama ini kaum akademisi hanya melihat realita sosial, seperti kemiskinan, dan ketertindasan petani hanya dari menara gading.
“Oleh karena itu PUSKAHAP hadir untk menjembataninya di titik tertentu. Kerja-kerjanya sudah mudah, sudah ada jaringan hingga tingkat internasional yang dibangun oleh teman-teman dari SPI dan La Via Campesina, dan di tingkat nasional melalui Bang Noer Fauzi, tinggal bagaimana mengkonsolidasikan ini semua agar bermanfaat bagi penegakan hak asasi petani di Indonesia,” tutupnya.