BATANG. Lebih dari seratusan orang memenuhi Gedung Pramuka di Kabupaten Batang, Jawa Tengah untuk merayakan peringatan ulang tahun Serikat Petani Indonesia (SPI) yang ke-13 tadi pagi (13/07). Acara yang diselenggarakan oleh Dewan Pengurus Cabang (DPC) SPI Batang ini sekaligus penandatanganan Petisi Kedaulatan Pangan Rakyat Indonesia yang sebelumnya telah sukses dilakukan di berbagai wilayah di Indonesia.
Dalam sambutannya, Rokhim Sutarjo, Ketua Badan Pelaksana Cabang (BPC) SPI Batang menyebutkan bahwa saat ini yang menguasai pangan bukanlah petani kecil melainkan perusahaan besar multinasional dan para tengkulak sehingga hal ini berkontribusi sebagai penyebab kemiskinan masyarakat desa.
“Para petani padi mengalami kesusahan walaupun sudah ada patokan harga gabah. Bulog seharusnya membeli gabah langsung kepada petani sesuai harga patokan. Belum lagi harga cabe yang beberapa waktu meroket dan saat ini justru sangat jatuh, semua ini karena ulah spekulasi para tengkulak dan perusahaan-perusahaan besar” ungkapnya.
Rokhim juga menuturkan bahwa di perayaan ulang tahunnya yang ke-13, SPI harus semakin terdepan memperjuangkan kepentingan petani kecil.
“Dengan adanya Petisi Kedaulatan Pangan Rakyat Indonesia ini merupakan bukti komitmen SPI dalam usaha untuk merebut kembali kedaulatan pangan yang saat ini sudah semakin jauh dari rakyat Indonesia sendiri,” tambah Rokhim.
Sementara itu, Mugi Ramanu yang mewakili Dewan Pengurus Wilayah (DPW) SPI Jawa Tengah menggarisbawahi mengenai kebijakan impor hasil pertanian oleh pemerintahan Indonesia yang sangat merugikan petani kecil.
“Pemerintah daerah akhir-akhir ini juga kurang memperhatikan perbaikan irigasi sehingga banyak lahan pertanian petani yang kebanjiran apabila hujan datang,” ungkap Mugi yang juga Ketua Majelis Nasional Petani (MNP) SPI.
Henry Saragih, Ketua Umum SPI yang juga menghadiri acara ini menyebutkan bahwa para petani Batang merupakan salah satu kelompok petani yang hadir ke Gedung MPR pada saat reformasi 1998 dan ikut menggulingkan pemerintahan Soeharto.
“Saya bangga bisa kembali berkumpul dengan bapak-bapak dan ibu-ibu sekalian,” tutur Henry.
Henry juga menyebutkan bahwa untuk menegakkan kembali kedaulatan pangan rakyat Indonesia, salah satu caranya bisa dengan semakin menggalakkan koperasi-koperasi di setiap desa hingga wilayah.
“Pembangunan ekonomi kerakyatan yang berbasiskan koperasi akan menjadi salah satu landasan kedaulatan pangan di Indonesia,” tambah Henry yang juga Koordinator Umum La Via Campesina (Gerakan Petani Internasional).
Acara ini juga dihadiri oleh perwakilan Bupati Batang, Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Batang, Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Batang, hingga gerakan masyarakat sipil lainnya seperti FPBB (Forum Perjuangan Petani Batang), PAWARTA (Persaudaraan Warga Tani), SNI (Serikat Nelayan Indonesia), APPSI (Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia), perwakilan petani Kenconorejo dan beberapa perwakilan mahasiswa.