JAKARTA. Serikat Petani Indonesia (SPI) kedatangan calon presiden dari PDI-P, Joko Widodo (Jokowi) pada Kamis pagi (01/05). SPI sedang melaksanakan rapat pleno dengan puluhan pimpinan petani dari seluruh Indonesia di DPP SPI di bilangan Mampang, Jakarta Selatan. Jokowi berkesempatan mampir selama satu jam berdiskusi dengan petani.
Marsinem, perempuan petani dari Nanggroe Aceh Darussalam menyatakan pentingnya peran perempuan petani dalam produksi pangan.
“Jika ada konflik tanah, yang terkena dampak duluan adalah perempuan. Pekerjaan pertanian juga banyak dikerjakan perempuan. Maka peran perempuan dalam mewujudkan kedaulatan pangan Indonesia harus diperhatikan,” demikian masukan beliau bagi Joko Widodo.
Sebastian Anggal dari Nusa Tenggara Timur (NTT) berdialog tentang pemanfaatan lahan adat dan potensi pertanian NTT.
“Kami siap bekerja keras dengan Pak Jokowi membangun NTT, karena ada potensi besar lahan kering di sana jika dikerjakan oleh rakyat,” ujar dia.
Anggota SPI Marzuki (Yogyakarta) dan Indra Sago (Sumatera Barat) mengeluhkan masalah keterbatasan lahan petani dan konflik agraria.
“Ada 9.2 juta hektar lahan terlantar milik negara yang siap dikaryakan oleh petani, nelayan dan rakyat pedesaan,” kata Sago.
“Konflik agraria seperti yang terjadi di Kulon Progo—pasir besi, dan keterbatasan olahan petani yang cuma 0,3 hektar harus segera kita carikan solusi dalam 10 tahun mendatang,” tukas Marzuki yang juga anggota Majelis Nasional Petani (MNP) SPI.
Jokowi merespon sekitar 10 menit, dengan menyatakan masukan-masukan petani tersebut adalah sebenarnya yang terjadi di lapangan—dan ia sebagai calon presiden PDI-P memang sedang mendengar masukan-masukan dari bawah tentang problem dan terobosan pertanian Indonesia. Ia pun sibuk mencatat pertanyaan tersebut.
“Tentang lahan, kita hitung lagi. Mungkin bukan 9,2 juta hektar. Mungkin lebih (yang bisa dikerjakan petani dan rakyat pedesaan),” ujar dia.
“Pupuk juga bisa dikerjakan petani. Pestisida juga, bahkan yang organik—ramah lingkungan, jadi semuanya bisa dikerjakan petani,” kata dia. Khusus untuk NTT dan daerah timur Indonesia, ia menyatakan bahwa potensi lahan kering untuk peternakan sapi, sorgum, pisang juga tinggi, dan skalanya harus diperbesar untuk kesejahteraan petani.
SPI mendukung pencalonan Jokowi menjadi presiden RI. “Kita punya banyak kesamaan, dan visi kedaulatan pangan juga ada menjadi salah satu fokus Jokowi,” kata Henry Saragih, Ketua Umum SPI.
Pada kesempatan tersebut, SPI melalui Henry Saragih memberikan dokumen “Visi Kedaulatan Pangan 2014-2024” dan lembar-lembar infografik yang menceritakan singkat masalah petani dan solusi mencapai kedaulatan pangan Indonesia.
Berjuang Demi Kedaulatan Pangan Indonesia. Sukses SPI, Sukses Indonesia. Salam.
http://jokowionprogress.blogspot.com/
Pemerintah menyiapkan infrastruktur birokrasi maupun fisik sedangkan petani merubah mindset. Jaya lah Negeriku…