SPI Kalimantan Selatan Gelar Pendidikan Agroekologi, Dorong Pembentukan Kawasan Daulat Pangan

BALANGAN. Serikat Petani Indonesia (SPI) Kalimantan Selatan mengadakan Pendidikan Agroekologi pada 19 – 27 Februari 2025. Kegiatan ini berlangsung di Desa Kambiyain, Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan dengan total 20 peserta dari beberapa Dewan Pimpinan Cabang (DPC) SPI Kalimantan Selatan di antaranya DPC Kab. Balangan, DPC Kab. Hulu Sungai Selatan dan DPC Kab. Hulu Sungai Tengah.

Pendidikan Agroekologi ini mengusung tema “Menciptakan Kader-Kader Baru dan Membentuk Petani Muda yang Sadar dengan Pertanian Agroekologi dalam Mewujudkan Reforma Agrarian dan Kedaulatan Pangan dalam Wilayah Perjuangan Serikat Petani Indonesia”. Adapun tujuan kegiatan ini adalah untuk mempercepat terbentuknya Kawasan Daulat Pangan di setiap Dewan Pengurus Basis (DPB), serta mencetak kader SPI yang ahli di bidang agroekologi, koperasi, dan pengorganisasian agar mampu menciptakan dan mengelola Kawasan Daulat Pangan.

Guna mencapai tujuan tersebut, pendidikan dilakukan dengan metode pemberian materi di kelas, praktik langsung, dan juga diskusi partisipatif. Adapun materi yang diberikan terkait pertanian agroekologi adalah pengantar ilmu pertanian agroekologi, ilmu tanaman, pupuk, pemuliaan tanaman, perlindungan tanaman, dan budidaya beras merah. Tidak sampai di situ, peserta juga diberikan materi mengenai Kawasan Daulat Pangan, gender dan UNDROP, keorganisasian, serta koperasi.

Materi – materi tersebut diberikan langsung oleh Kusnan selaku Kepala Pusat Perbenihan Nasional SPI, Ali Fahmi selaku Kepala Departemen Penguatan Organisasi SPI, dan Ratih Kusuma selaku Kepala Departemen Petani Perempuan SPI.

Berdasarkan sisi pengetahuan peserta, Kusnan memaparkan bahwa para peserta sebenarnya sudah melakukan praktik pertanian agroekologi yang diajarkan oleh nenek moyang mereka di Suku Dayak Pitap secara turun temurun.

“Ketika dilakukan pendidikan mengenai agroekologi, Kawasan Daulat Pangan, dan koperasi, para peserta mengakui adanya kesamaan dengan yang diajarkan oleh nenek moyang mereka. Tetapi dari nenek moyang mereka itu disampaikan tidak secara tekstual tetapi secara konseptual sehingga ilmu yang seharusnya mereka dapatkan dari leluhur mereka itu banyak yang hilang karena tidak tertulis,” ujar Kusnan.

Kepala Pusat Perbenihan Nasional SPI tersebut juga mengungkapkan harapannya bahwa pendidikan yang dilakukan tidak hanya berhenti pada para peserta, tetapi juga dapat diturunkan kepada generasi selanjutnya karena pendidikan agroekologi ini telah dilakukan secara tekstual. Tidak hanya itu, setelah mengikuti Pendidikan Agroekologi ini peserta diharapkan tidak hanya membawa pulang ilmu dan keterampilan, tetapi juga semangat untuk terus memperjuangkan pertanian agroekologi di daerahnya.

ARTIKEL TERKAIT
Deklarasikan Kawasan Daulat Pangan (KDP) Di Tiga Provinsi, S...
SPI Deklarasikan Kawasan Daulat Pangan, Serentak di Empat Pr...
(Kiri) Ketua Umum SPI Henry Saragih - (Kanan) Presiden RI Joko Widodo Presiden Jokowi, Menteri Pertanian, Gubernur, Bupati Tanam P...
BERIKAN KOMENTAR ...

INFO TERBARU