BANTEN. Serikat Petani Indonesia (SPI) kembali berhasil melakukan pengembangan organisasinya dengan membentuk Dewan Pengurus Cabang (DPC) SPI di Kabupaten Lebak, Banten, melalui penyelenggaraan deklarasi di Desa Cileles pada Kamis (3/3) siang.
Pembentukan DPC SPI Kabupaten Lebak saat ini didukung oleh para petani dari delapan Kecamatan diantaranya Cileles, Wanasalam, Ciriteun, Luwidamar, Cijaku, Bojong Mainik, Muncang, dan Kecamatan Malingping. “Ini suatu prestasi yang luar biasa. Panitia Persiapan Cabang (PPC) berhasil menggalang delapan desa hanya dalam waktu enam bulan setelah surat mandat dikeluarkan,” ujar Ali Fahmi, Ketua Departemen Penguatan Organisasi, Dewan Pengurus Pusat (DPP) SPI.
Perwakilan petani dari delapan desa itu lah yang mendeklarasikan berdirinya DPC SPI Kabupaten Lebak pada puncak acara yang dihadiri langsung oleh Henry Saragih, Ketua Umum DPPI SPI yang juga Koordinator Umum Gerakan Petani Internasional ‘La Via Campesina’. Selain itu, acara yang padati oleh ribuan petani itu juga dihadiri oleh Jaro Dainah, Kepala Desa Kenekes yang juga selaku Kepala Adat Suku Badui yang wilayahnya berbatasan langsung dengan desa-desa tersebut.
Dalam sambutannya, Henry Saragih menyampaikan bahwa kehadiran SPI di Lebak bertujuan untuk memperbaiki kehidupan yang lebih baik kepada para petani di sana.
“Sesungguhnya krisis pangan yang terjadi bukan karena kita para petani karena petani sendiri saat ini sudah sulit memproduksi makanan. Tetapi karena yang memproduksi makanan tersebut adalah perusahaan-perusahaan besar, mereka lah yang mempermainkan harga beras menjadi mahal,” tegasnya.
Tanah-tanah yang subur, menurutnya, tidak lagi digunakan untuk lahan pertanian guna memenuhi pangan, namun ditanami tanam-tanaman yang berorientasi ekspor, khususnya pohon karet dan kelapa sawit.
“Saya pikir kehadiran SPI di sini salah satunya adalah bagaimana untuk mengatasi masalah pangan, masalah ketertinggalan dan masalah kemiskinan. Data statistik menunjukkan, desa-desa yang ada di Lebak ini masih terkategori masih menjadi desa tertinggal,” paparnya.
Di lebak, lanjutnya, ada 112 desa yang masih berstatus sebagai desa tertinggal dan banyak petani yang sulit mendapatkan bahan pangan yang memadai. Karena itu Henry meminta kepada para pengurus DPC SPI Lebak, harus secara konkrit merumuskan cara yang fektif untuk menyelesaikan masalah-masalah pertanian yang ada di daerah tersebut, begitu juga mengatasi masalah kelaparan, kemiskinan dan ketertinggalan yang ada.
“Kalau ini tidak bisa kita atasi maka sesungguhnya tidak ada gunanya SPI datang ke daerah ini. Kita tidak usah terlampau khawatir bagaimana menjalankan SPI ini nanti, karena sebenarnya yang terpenting adalah hati nurani kita dan kecintaan kita terhadap sesama kita di sini,” kata Henry.
SPI di Kabupaten Lebak, lanjutnya, harus bertekad dalam lima tahun kedepan sudah mampu mengurangi warga miskin dan sudah harus dapat memastikan tidak ada lagi warga yang kelaparan atau tidak cukup makan di sana.
Henry juga berharap kepada para petani yang hadir dalam kegiatan untuk tetap memiliki harapan besar untuk dapat merubah keadaan, bahwa pada masa yang akan datang, dengan terus melakukan perjuangan, tidak ada ancaman kelaparan yang akan menimpa generasi yang akan datang.
“Saya tidak mau saudara-saudara sekalian menjadi orang yang kecewa, orang-orang yang sudah putus harapan. Jangan menjadi seperti 60 juta orang yang kelaparan di Indonesia yang sudah putus harapan,” tegasnya.
Jaro Dainah, Kepala Adat Suku Badui, mengungkapkan saat ini populasi masyarakat Badui di daerah tersebut sebanyak 2.260 kepala keluarga dan semuanya adalah petani dan sejauh ini masih dapat memenuhi kebutuhan pangannya.
“Tapi saya melihat sekarang ini banyak warga yang ingin menjadi TKW, meninggalkan keluarga pergi ke luar negeri. Padahal saudara-saudara kita yang bekerja ke menjadi TKI banyak yang mengalami nasib buruk yang lebib buruk,” ujarnya.
Kondisi itu menurutnya tidak perlu terjadi jika di desa masih tersedia lahan pertanian yang memadai untuk bercocok tanam guna memenuhi kebutuhan pangan dan keperluan hidup sehari-hari.
“Karena itu tolonglah, pemerintah berikan tanah-tanah kepada petani yang tidak punya tanah. Kami masyarakat Badui sendiri akan terus mempertahankan lahan pertanian kami dan mempertahankan kawasan hutan yang selama ini memberikan mata air dan menjaga aliran sungai di daerah ini,” katanya.
Muscab 13 maret
Ali Fahmi mengatakan, dengan berdirinya DPC SPI di Kabupaten Lebak, berarti saat ini DPW SPI Provinsi Banten sudah ada memiliki 3 DPC setelah pada tahun lalu telah terbentuk DPC di Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Serang. “Setelah terbentuk DPC, PPC Lebak juga masih akan memfasillitasi pelaksanaan Musyawarah Cabang (Muscab) dan terus mendampingi DPC untuk melengkapi seluruh struktur pengurusnya,” katanya.
Sementara itu, Abay Haetami, Ketua Panitia Persiapan Cabang (PPC) Lebak, mengungkapkan selain mengkonsolidir para petani untuk membentuk DPC, PPC dengan dibantu oleh Departemen Petani Perempuan DPP SPI, mereka sudah dapat menggalang keterlibatan para petani perempuan. Lalu, secara swadaya mereka juga telah memiliki demplot (demonstration plot) seluas hampir satu hektar dan memiliki sebuah ‘Rumah Pintar’ yang mempunyai beragam buku pendidikan untuk anak-anak petani anggota SPI di sana, bekerjasama dengan Departemen Pendidikan DPP SPI.
Setelah penyelenggaraan deklarasi tersebut, lanjutnya, PPC Lebak akan melaksanakan Muscab I yang akan digelar pada 13 Maret 2011 mendatang untuk memilih pimpinan DPC dan menetapkan program-program kerja sesuai garis-garis besar haluan organisasi (GBHO), hasil rakerwil dan kebijakan DPP. “Tempat pelaksanaan Muscab masih tentatif, tetapi kami akan menyampaikan undangan muscab sesuai aturan organisasi sehingga dapat berjalan dengan maksimal dan tidak tertutup kemungkinan masih ada tambahan desa yang akan ikut bergabung,” tandasnya.