SLEMAN. Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Serikat Petani Indonesia (SPI) Yogyakarta melaksanakan pendidikan pertanian agroekologi secara berturut di dua kabupaten, di Sleman dan di Gunung Kidul.
Dari Sleman, acara yang diikuti oleh 20 peserta daro empat kecamatan ini dilaksanakan di Desa Harjobinangun, Kecamatan Pakem, pada 16-17 Januari. Ketua SPI Kabupaten Sleman Sarjio menyampaikan, pelatihan terbagi atas enam kali pertemuan, setelah itu dilanjutkan pelatihan, di masing-masing kecamatan dan di masing-masing desa.
“Utk materi ada teknis pertanian, administrasi-manajemen, jaringan modal dan pasar,” kata Sarjio di Sleman (16/01).
Sarjio melanjutkan, tahap awal pendidikan utk fasilitator; tahap kedua pendampingan dan pemberdayaan kelompok; tahap ketiga jejaring antar kelompok; tahap keempat edukasi konsumen, pengembangan jejaring pasar; dan tahap kelima pengembangan jaringan modal, pengembangan usaha dan penguatan kelembagaan.
Dari Gunung Kidul, acara dilaksanakan di Ponjong pada 21-22 Januari 2016.
Secara praktis, Ketua SPI Kabupaten Gunung Kidul Fitri Cahyanto mengemukakan, pendidikan dan pelatihan ini dilaksanakan untuk menjawab permasalahan yang sedang dialami petani di daerahnya yakni daun padi yang berwarna kuning-kemerah-merahan.
“Jadi waktunya pas sekali, kami mendapatkan ilmu tentang pembuatan pupuk fermentasi untuk menghijaukan daun secara alami,” kata Fitri Cahyanto.
Fitri meneruskan, selain untuk pembuatan pupuk alami, pendidikan juga mentransfer ilmu pembibitan secara alami.
“Dengan pupuk membuat sendiri, bibit dari benih sendiri, petani tidak akan hanya selalu membeli membeli dan membeli, tapi petani Gunung Kidul yang ada di dalam organisasi SPI ini nantinya akan lebih mandiri,” paparnya.
Ketua Badan Pelaksana Wilayah (BPW) SPI Yogyakarta Tri Haryono menyampaikan, pelatihan agroekologi di dua kabupaten ini adalah bagian dari rangkaian pendidikan se-Yogyakarta.
“SPI ingin secara bertahap mengubah paradigma dan praktek para petani anggotanya untuk beralih dari pertanian konvensional ke pertanian agroekologi yang ramah lingkungan, menghilangkan ketergantungan terhadap input kimia dari perusahaan, dan bisa menghasilkan produksi yang tinggi,” papar Tri.
Tri menambahkan, dalam pelaksanaan kegiatan ini SPI bekerjasama dengan kampus-kampus, lembaga mandiri yangg mengakar di masyarakat, pondok pesantren, praktisi pertanian, serikat buruh untuk penyiapan jejaring konsumen sampai koperasi pasar untuk penyiapan jejaring distribusi.