Hari Perempuan Internasional: Perempuan Berjuang untuk Kedaulatan Pangan, Melawan Kemiskinan dan Kapitalisme

hari perempuan internasional

JAKARTA. Hari Perempuan Internasional yang diperingati setiap tanggal 8 Maret tiap tahunnya adalah perayaan atas keberhasilan perempuan dalam bidang politik, ekonomi dan sosial. Peringatan itu juga dirayakan oleh petani perempuan anggota Serikat Petani Indonesia (SPI) untuk menyuarakan perjuangan.

Inayah Pengurus Departemen Petani Perempuan Badan Pengurus Petani (BPP) SPI menyatakan, kondisi petani perempuan masih banyak yang terjerat dalam kemiskinan dan tidak mempunyai kemandirian.

“Yang dihadapi petani perempuan adalah kemiskinan kultural dan struktural. Saat ini dominasi laki-laki juga masih terjadi. Padahal petani perempuan berperan paling terdepan dalam mewujudkan kedaulatan pangan,” katanya di Pati, Jawa Tengah (08/03).

Inayah juga mengemukakan, kebijakan secara umum juga belum berpihak kepada perempuan terkhusus petani perempuan.

“Kami petani perempuan masih diombang-ambingkan oleh kapitalisme dan kekerasan dalam keluarga. Petani perempuan terus memperjuangkan hak-hak petani perempuan untuk dijalankan secara utuh,” tuturnya.

Inayah melanjutkan, petani perempuan menolak segala bentuk perdagangan bebas yang merugikan petani, dengan memperjuangkan pembaruan agraria untuk kedaulatan pangan dan kemerdekaan petani.

“Selamat Hari Perempuan Internasional 2016, tetap bergerak untuk perjuangan kedaulatan pangan, menolak dengan tegas terhadap kekerasan terhadap perempuan,” imbuhnya.

Sementara itu, menurut Ali Fahmi Ketua Departemen Petani BPP SPI, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010, dari 237 juta penduduk Indonesia sebanyak 119 juta penduduk (50%) tinggal di desa, dan sebagian besar dalam keadaan miskin, 59 juta orang (49%) diantaranya adalah perempuan.

“Artinya petani perempuanlah yang banyak mengalami kemiskinan. Kebijakan pemerintah di sektor pertanian berperan sekali terhadap penyebab kemiskinan di bidang pangan,” tegasnya di Jakarta (08/03).

Ali menambahkan, kebijakan pertanian berbasiskan industri semakin menjauhkan akses petani perempuan dalam pemenuhan pangan—kedaulatan pangan. Agribisnis yang sarat dengan modal/kapital ini semakin memiskinkan petani perempuan dan menciptakan petani perempuan sebagai buruh.

“Untuk itu kita harus lawan itu semua, petani perempuan harus berserikat! petani perempuan harus bersatu untuk akhiri kekerasan modal – capital violence – dan kemiskinan” tambahnya.

 

 

ARTIKEL TERKAIT
Rio Dewanto Kunjungi Desa Mekar Jaya, Beri Solidaritas dan D...
Revrisond: Tanpa Ada Arus Besar Perubahan Sejarah di Indones...
Memperkuat Perkebunan Rakyat Untuk Mengubah Perkebunan Agar ...
Rangkaian Globay Day Action WSF 2008 Rangkaian Globay Day Action WSF 2008
BERIKAN KOMENTAR ...

INFO TERBARU