Hujan Turun, Namun Bencana Kekeringan Manggarai Timur Berlanjut

kekeringan_manggarai_timur

MANGGARAI TIMUR. Kekeringan di Kelurahan Tanah Rata, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur, NTT masih terus berlangsung. Walau hujan sudah turun dalam satu minggu belakangan, dampak kekeringan sejak April 2015 amat sangat darurat.

Selain untuk air minum dan air bersih untuk keperluan sehari-hari, laporan dari lapangan menyatakan situasi darurat berlaku juga untuk praktik pertanian rakyat sehari-hari.

“Bencana kekeringan ini sudah hampir setahun,” kata Sebastian Anggal, petani anggota Serikat Petani Indonesia (SPI).

“Kami sudah mengusulkan daerah ini masuk dalam darurat kekeringan, dan sudah dinyatakan demikian oleh Gubernur NTT, Frans Lebu Raya,” lapornya di Jakarta saat menghadiri Rapat Pleno III Dewan Pengurus Pusat (DPP) SPI di Jakarta, kemarin (29/01).

Dalam laporan tersebut, Sebastian menyatakan bahwa estimasi kerugian sudah ditetapkan secara kolektif. Secara tertulis, laporan tersebut menyatakan 150 hektar lahan terkena dampak bencana, dengan detail mayoritas tanaman pisang dan kelapa. Sebagai tambahan, ada juga kerugian sebanyak 300 ekor hewan yang terdiri dari kerbau, sapi, kambing dan babi milik petani. Total 150 KK terkena dampak di Kelurahan Tanah Rata.

Keadaan ini terjadi karena memang pertanian di sekitar daerah ini masih mempraktikkan sistem tadah hujan. Laporan tertulis tentang kerugian bencana kekeringan ini telah dimasukkan ke pemerintah desa.

“Namun respon kurang cepat untuk keadaan darurat ini. Pemerintah desa hanya mengusulkan memberikan bantuan beras,” terang Sebastian.

Gubernur NTT, Frans Lebu Raya sendiri menyatakan dalam berita terpisah bahwa petani agar tidak cemas berlebihan dan panik dengan penyimpangan iklim serta cuaca saat ini. Hal ini agar petani tidak lupa melakukan tindakan pencegahan dan antisipasi sebagai solusi. Sementara itu, belum ada saluran air yang diperbaiki, atau normalisasi sumber air.

“Selain memang minim, kontur dan geografi daerah memang sulit,” ujar Sebastian lagi.

Namun begitu, petani terus menanti bantuan penyediaan air di keadaan bencana, darurat ini. Mereka mohon perhatian dan respon cepat pemerintah.

“Dan jangan lupa agar ada ganti rugi pertanian kami yang terkena akibat bencana kekeringan,” tutup Sebastian.

*****(kredit foto: Sebastian Anggal, NTT)

ARTIKEL TERKAIT
Peringati Hari Perempuan Internasional, SPI Sumut Konsolidas...
Komite Ketiga Majelis Umum PBB Setujui Deklarasi Hak Asasi P...
Petani (Kecil) Pionir Lahirkan UU yang Bela Kepentingannya
SPI menyayangkan penangkapan Ketua SPI Basis Lubuk Bandung SPI menyayangkan penangkapan Ketua SPI Basis Lubuk Bandung
1 KOMENTAR
  1. Semoga kedepannya ada langgah khusus untuk menanggulangi bencena kekeringan

BERIKAN KOMENTAR ...

INFO TERBARU