NAIROBI. Dari Konferensi Tingkat Menteri (KTM) Organisasi Perdagangan DUnia (WTO) ke-10 di Nairobi, Kenya, Menteri Perdagangan Indonesia Thomas Lembong mengeluarkan pernyataan yang mengejutkan. Menurut Ketua Umum Serikat Petani Indonesia (SPI) Henry Saragih – yang turut hadir di Nairobi Kenya dalam aksi global #EndWTO – dalam KTM 10 WTO, Thomas Lembong menyampaikan bahwa hasil paket kecil yang teramat kecil (di KTM 10) lebih baik daripada tidak ada kesepakatan sama sekali.
“Namun ucapan tersebut dikaitkan dengan rasionalisasi bahwa jika tidak tercapai kesepakatan, maka nilai tukar rupiah dan posisi Indonesia di mata internasional akan terancam,” kata Henry yang juga anggota Komite Koordinator Internasional La Via Campesina di Nairobi waktu setempat (18/12).
“Selain bahwa rasionalisasi tersebut bermasalah, Pak Tom (Thomas Lembong, red) sebagai perwakilan Indonesia dan Ketua Koordinator G33 justru tidak menyinggung persoalan pertanian dan nasib reafirmasi agenda Doha,” sambung Henry.
“Padahal perjuangan negara-negara berkembang dalam WTO adalah isu pertanian. Dengan pernyataan Pak Tom, amanat konstitusi dan cita-cita Nawa Cita telah dikhianati,” lanjutnya.
Henry menambahkan, pernyataan delegasi Negara di meja perundingan WTO merupakan ucapan yang mengikat komitmen negara tersebut.
“Saya juga dapat kabar bahwa Pak Tom tidak memberikan pernyataan berdasarkan teks yang telah disiapkan,” tegas Herny.
“Perlu adanya pertanggungjawaban yang diberikan Pak Tom atas pernyataan yang membahayakan posisi petani lokal dan kedaulatan pangan nasional,” tambahnya.
Kontak selanjutnya:
Henry Saragih, Ketua Umum SPI, 0811 655 668
Muhammad Ikhwan, Ketua Departemen Komunikasi Nasional SPI, 0819 320 99596