Komite Koordinasi Gerakan petani India termasuk kelompok-kelompok seperti Bhartiya Kisan Union dan Karnataka Rajya Ryota Sanghe, anggota La Via Campesina mengorganisir aksi protes yang dihadiri lebih dari 50 ribu orang pada 3 September di New Delhi. Pada tanggal ini diadakan pertemuan kecil menteri-menteri yang diadakan oleh Pemerintah india di Delhi. India telah menberikan sinyal bahwa Putaran Doha yang telah hancur akan bangkit kembali dan liberalisasi korporatisasi pertanian dibawah WTO akan tercapai pada tahun 2010. Ini akan membahayakan kehidupan dua per tiga rakyat India yang berjumlah 1 milyar.
Para pemrotes yang datang dengan kereta api, bis, dan berjalan dari seluruh negeri membawa poster bertuliskan “WTO keluar dari pertanian”, untuk menunjukkan perlawanan mereka terhadap inisiatif Pemerintah India untuk menghidupkan kembali WTO. Petani-petani yang datang dari negara bagian Uttar Pradesh, Punjab, Haryana, Madhya Pradesh, Himachal Pradesh, Rajasthan, Maharashtra, Uttranchal and Karnataka disambut oleh pemimpin-pemimpin organisasi petani India dan juga Henry Saragih, pemimpin Serikat Petani Indonesia dan Koordinator Umum La Via Campesina. Petani-petani yang datang sempat bentrok dengan barikade polisi yang menghadang mereka dan beberapa ditahan karena bentrok tersebut namun dengan cepat dilepaskan kembali.
Petani anggota Via Campesina di India telah melakukan beberapa kegiatan disamping aksi protes massa melawan WTO. Pertama, mereka melakukan pertemuan dengan Menteri perdagangan Anand Sharma pada tanggal 1 September dimana sang menteri berjanji India tidak akan mengkhianati petaninya. Namun, ia melakukan hal yang sebaliknya selama negosiasi WTO. Mereka juga mengadakan pertemuan strategis nasional dengan organisasi lainnya seperti Serikat Buruh. Mereka juga mengirim surat kepada pemerintah India untuk menunjukkan ketidaksenangan mereka terhadap fakta bahwa inisiatif Pemerintah India untuk melanjutkan putaran Doha akan mengancam eksistensi jutaan petani dan buruh dengan meberikan prioritas dan kontrol terhadap perdagangan produk pangan kepada negara-negara pertanian bersubsidi tinggi. Mereka juga mengecam bahwa bertentangan dengan komitmennya terhadap demokrasi, pemerintah India dengan beberapa Perjanjian perdagangan bebas dan WTO telah menyepakati perjanjian rahasia tanpa ada konsultasi dan debat atau yang lainnya.
India telah kehilangan banyak lahan pertanian terhadap negara maju, terutama Amerika Serikat dalam negosiasi mekanisme untuk melindungi sektor pertanian yang vital terhadap kehancuran- yaitu mekanisme Produk Khusus (Special Products) dan Mekanisme Perlindungan Khusus (Special Safeguard Mechanism). Contohnya, India hanya bisa melindungi delapan atau sembilan tanamannya dari pemotongan tarif dan hanya 5 persen dari produk pertaniannya. Ini sangat menyedihkan bagi salah satu dari 12 negara yang memiliki keanekareagaman hayati terbesar, yang memiliki ratusan jenis tanaman di lebih dari 15 zona agroklimatik dan juga budaya. Lebih jauh lagi, mekanisme SSM diterapkan untuk mencegah lonjakan impor dengan menambahkan berbagai “syarat dan kondisi’. Tindakan proteksi ini secara esensial sngat tidak efektif. Lebih jauh, Amerika Serikat telah mendorong akses pasar terhadap tanaman tertentu seperti jagung, beras, kapas, dan kedelai—tanaman-tanaman yang disubsidi penuh dan dijual kepada pasar dunia dan merugikan kehidupan jutaan petani dan pekerja di India.
Ini bukan hanya tentang kehilangan mata pencaharian, ini juga tentang masalah model pertanian yang dibawa oleh WTO, industrialisasi, penggunaan bahan kmia, dan pengahancuran lingkungan yang dilakukan oleh perusahaan agribisnis yang dimiliki AS. India mempunyai tradisi yang panjang dalam pertanian dan hal ini dihilangkan dengan mempromosikan perdagangan bebas.
“Menteri perdagangan Sharma telah berjanji kepada kami dalam pertemuan dengan para pemimpin petani pada 1 September yang lalu bahwa dia tidak akan menghilangkan kepentingan petani dalam WTO. Kemudian ia berubah pikiran dan menyetujui perjanjian pertanian dimana kami hanya bisa melindungi 5 persen dari produk pertanian kami tehadap pemotongan pajak. Hal ini menjadi mekanisme pelindung yang tidak efektif terhadap produk yang disubsidi dari AS dan Uni-Eropa. Ini jelas merupakan pengkhianatan terhadap 65 organisasi tani yang telah menderita akibat krisis pangan di India,” kata Yudhvir Singh dari Bharatiya Kisan Union ( BKU) dan Koordinator La Via Campesina untuk Asia Selatan. Kami akan terus mengintensifkan perlawanan kami di tingkat lokal, nasional dan regional sampai Menteri Sharma dan Perdana Menteri memenuhi janji mereka untuk melindungi petani.
Petani anggota Via Campesina di India telah berjanji untuk terus melawan ketidakadilan sistem WTO bagaimanapun caranya. Mereka berencana untuk melakukan serangkaian aksi di tingkat desa diseluruh India sampai pertemuan WTO di akhir bulan November. Di Jenewa, petani India bersama-sama dengan petani diseluruh dunia akan melakukan mobilisasi bersama La Via Campesina untuk mempertahankan visi mereka akan sistem pertanian alternatif dan dunia yang damai, adil, dan sejahtera. Mereka terus berjuang untuk mempertahankan pertanian dari WTO sebagai langkah penting untuk melindungi pangan dan keanekaragaman manusia, budaya, dan lingkungan di dunia.